arti mimpi monyet

arti mimpi monyet,bro55 login,arti mimpi monyet

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga minyak mentah dunia bergerak kompak jeblok di awal perdagangan. Jatuhnya harga minyak didorong oleh peningkatan produksi oleh OPEC+ yang akan dimulai pada Oktober mendatang dan kabar meredanya perselisihan di Libya.

Pada penutupan perdagangan Selasa (3/9/2024), harga minyak mentah WTI berjangka tercatat anjlok 4,78% di level US$70,25 per barel. Begitu juga dengan minyak mentah Brent yang terjun 4,62% di level US$73,72 per barel.

Baca:
IHSG Ambruk dan Balik ke Level 7.500, Gegara September Effect?

Sementara itu, pada awal perdagangan hari ini Rabu (4/9/2024), harga minyak mentah WTI berjangka dibuka melemah 0,51% di level US$69,89 per barel. Begitu juga dengan minyak mentah Brent yang dibuka lebih rendah atau turun 0,49% di level US$73,36 per barel.

Penurunan harga minyak mentah dunia disebabkan oleh strategi OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak mulai Oktober dan seterusnya.

OPEC+ mempertahankan keputusannya untuk meningkatkan produksi minyak mulai Oktober 2024, sejalan dengan rencananya yang diumumkan pada bulan Juni, meski harga minyak di pasar dunia turun.

Penurunan ini terjadi pada saat pelaku pasar berharap OPEC+ mengurangi pasokan untuk mengimbangi permintaan global yang lemah dan mendukung harga minyak.

Perjanjian OPEC+ mengatur peningkatan bertahap sebesar 180.000 barel per hari setiap bulan, mulai Oktober 2024 hingga September 2025.

Peningkatan ini dicapai dengan mencabut pemotongan produksi sukarela yang dilakukan oleh beberapa anggota kelompok tersebut untuk menstabilkan pasar. Namun, situasi ekonomi global, terutama di China di mana prospek pertumbuhan ekonominya tidak pasti, menimbulkan keraguan tentang kemampuan permintaan minyak untuk menyerap peningkatan produksi minyak yang dilakukan oleh OPEC+.

Selain itu, harga minyak anjlok setelah kabar terbaru dari Libya. Aksi jual besar-besaran terjadi setelah kabar yang berpusat pada potensi penyelesaian pertikaian di Libya yang telah menyebabkan penghentian produksi dan ekspor minyak mentah negara tersebut.

Badan legislatif Libya dilaporkan telah sepakat untuk menunjuk gubernur bank sentral baru dalam waktu 30 hari, setelah diskusi yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pengumuman pada hari Selasa meningkatkan harapan untuk mengakhiri kebuntuan politik yang telah sangat mengganggu ekspor minyak Libya.

Pada hari Senin, pelabuhan-pelabuhan utama Libya menghentikan ekspor minyak, dan produksi minyak di seluruh negeri dipotong karena pertikaian antara faksi-faksi yang bersaing untuk menguasai bank sentral dan mendapatkan akses ke pendapatan minyak.

Dampak dari perselisihan tersebut terhadap produksi minyak Libya sangat mencolok. National Oil Corporation (NOC) melaporkan bahwa total produksi minyak turun drastis menjadi hanya sekitar 591.000 barel per hari (bph) pada tanggal 28 Agustus, turun dari hampir 959.000 bph dua hari sebelumnya, menurut Reuters.

Ini menandai penurunan yang signifikan dari sekitar 1,28 juta bph pada tanggal 20 Juli, yang menunjukkan beratnya pemotongan produksi.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(saw/saw) Saksikan video di bawah ini:

Video: Timur Tengah Kian Panas, Emas & Minyak Ikut Membara?

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Usai Serangan Iran ke Israel, Harga Minyak Dunia Tergelincir

Previous article:miototo login

Next article:micronesia vs vanuatu