vegas567 login

vegas567 login,arti mimpi melahirkan anak kembar perempuan,vegas567 login

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan (month to month/mtm) terpantau sangat berbeda antara Indonesia dengan negara ASEAN lainnya. Thailand dan Filipina justru tidak mengalami deflasi layaknya yang dialami Indonesia akibat cuaca yang cukup ekstrem.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data IHK bulanan pada Senin (2/9/2024) dan tercatat bahwa Indonesia alami deflasi empat bulan beruntun secara bulanan (Mei, Juni, Juli, Agustus) ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Kondisi deflasi ini ternyata tidak hanya dialami Indonesia, melainkan negara tetangga seperti Singapura pun mengalami deflasi dua bulan beruntun yakni Juni dan Juli 2024, masing-masing sebesar 0,2% dan 0,3%.

Baca:
Investor Masih Gamang, Yellen Ungkap Situasi Ekonomi AS Sebenarnya

Monetary Authority of Singapore/MAS memproyeksikan tren penurunan kenaikan harga akan berlanjut, pendinginan yang lebih tajam dari yang diperkirakan memberikan ruang bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter saat mereka meninjau pengaturan berikutnya pada Oktober.

Sementara di negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam, terpantau tidak terjadi dalam periode Juli dan Agustus.

Justru pada periode Juli dan Agustus, negara-negara tersebut cenderung mengalami inflasi bulanan yang cukup tinggi.

Pada Juli 2024, Thailand, Filipina, dan Vietnam mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,19%, 0,7%, dan 0,48%. Sedangkan pada Agustus 2024, inflasi terjadi sebesar 0,07%, 0,1%, dan 0%.

Thailand dan Filipina Alami Inflasi Gegara Cuaca Buruk

BPS menilai kondisi deflasi empat bulan beruntun ini lebih ditunjukkan dari sisi supply(pasokan) dimana panen beberapa komoditas tanaman pangan, holtikultura dan turunnya biaya produksi seperti pada livebird, dan juga sempat penurunan harga jagung pipilan untuk bahan pakan ternak, yang hal ini mendorong deflasi komoditas telur ayam ras, dan juga daging ayam ras.

Baca:
RI Doyan Gorengan Tempe-Tahu, Tapi Sayang Impor Kedelai Sampai 90%

Pudji menjelaskan deflasi masih terjadi pada sisi penawaran, jika ini kemudian diduga berdampak pada pendapatan masyarakat di subsektor hortikultura, peternakan, dan lainnya, maka BPS perlu mengkaji lebih lanjut untuk membuktikan asumsi tersebut.

Namun berbeda dengan Indonesia, Thailand dan Filipina justru mengalami inflasi pada Juli dan Agustus 2024. 

Dikutip dari Reuters, banjir dan tanah longsor di seluruh Thailand yang disebabkan oleh hujan muson telah menewaskan 22 orang dan melukai 19 orang, kata pihak berwenang pada hari Senin (26/8/2024), memperingatkan beberapa provinsi tentang risiko lebih lanjut, dengan 30.000 rumah tangga terkena dampak.

Seorang pasangan Rusia dan sembilan pekerja migran dari Myanmar yang bertetangga termasuk di antara 13 orang yang tewas dalam tanah longsor di pulau Phuket di selatan, kata pejabat setelah hujan deras melanda dua belas provinsi minggu lalu.

Dikutip dari Bangkok Post, bahkan pada September ini, Trade Policy and Strategy Office (TPSO) memprediksi inflasi utama akan meningkat berdasarkan tiga faktor utama, yakni plafon harga diesel yang tinggi, dampak banjir yang mengakibatkan kenaikan harga sayuran dan buah-buahan segar karena beberapa area pertanian mengalami kerusakan, dan konflik geopolitik dapat menciptakan ketidakpastian dalam harga komoditas utama, termasuk kenaikan biaya pengiriman.

Baca:
Orang Kaya Makin Kaya & yang Miskin Makin Miskin, Ini Buktinya

Lebih lanjut, Thai Chamber of Commerce (TCC) menyatakan kekhawatiran serius mengenai dampak ekonomi dari banjir baru-baru ini di beberapa provinsi utara, dengan mengatakan bahwa jika situasi ini berlanjut selama satu bulan lagi, kerugian finansial bisa melebihi THB 10 miliar.

Mengacu pada estimasi dari TCC dan Universitas TCC, ketua TCC Sanan Angubolkul mengatakan bahwa kerusakan dari banjir saat ini di Utara diperkirakan mencapai sekitar THB 8 miliar atau 0,05% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jika situasinya membaik dalam dua minggu ke depan.

Selain Thailand yang mengalami kendala cuaca buruk, Filipina juga mengalami inflasi secara bulanan meskipun harga beras dapat turun dalam beberapa bulan mendatang.

Chinabank Research mencatat cuaca buruk yang baru-baru ini terjadi menimbulkan risiko sisi pasokan yang dapat mendorong harga pangan naik.

"Dampak dasar akan membantu menekan inflasi pada bulan September, yang dapat membantu mengimbangi potensi tekanan kenaikan harga akibat topan dan hujan monsun," katanya dalam sebuah catatan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Previous article:pertandingan ogc nice

Next article:toto855 slot