kelabang togel 4d

kelabang togel 4d,top up domino via dana,kelabang togel 4d

Jakarta, CNBC Indonesia- Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida pada Jumat (20/9/2024) menuntut China untuk memberikan penjelasan atas tewasnya seorang anak sekolah Jepang setelah ditikam di Shenzhen. Hal ini terjadi saat sentimen Anti Jepang mulai muncul di Negeri Tirai Bambu.

Dalam laporan CNN International, Kishida menyebut serangan itu sebagai kejahatan tercela dan masalah serius. Ia meminta China untuk melindungi orang-orang Jepang di negara itu.

"Kami sangat menuntut agar pihak China menjelaskan fakta-fakta dari kasus tersebut. Karena lebih dari sehari telah berlalu sejak kejahatan tersebut, kami telah menginstruksikan mereka untuk memberikan penjelasan sesegera mungkin," kata Kishida.

Baca:
Topan Bebinca Hantam Pusat Bisnis China, 400.000 Orang Dievakuasi

"Kejadian seperti itu tidak boleh terulang. Kami sangat mendesak pihak China untuk memastikan keselamatan warga Jepang."

Sebelumnya, bocah berusia 10 tahun ditikam oleh seorang pria saat berjalan sekitar 200 meter dari gerbang sekolah Jepang di Shenzhen, Rabu lalu. Anak itu, yang ayahnya orang Jepang dan ibunya orang China, adalah warga negara Jepang.

"Dia dibawa ke rumah sakit dan kemudian meninggal karena luka-lukanya. Seorang tersangka berusia 44 tahun ditangkap di tempat kejadian dan ditahan," kata polisi Shenzhen dalam sebuah pernyataan.

Serangan ini sendiri terjadi pada tanggal yang sensitif, yaitu hari peringatan insiden '918' tahun 1931. Ini merupakan momen ketika tentara Jepang meledakkan rel kereta api milik Jepang sendiri di Timur Laut China dengan dalih untuk merebut wilayah tersebut.

Hari yang penuh emosi ini diperingati di China sebagai awal invasi Jepang. Media pemerintah dan pejabat mendesak masyarakat untuk tidak pernah melupakan penghinaan nasional tersebut.

Baca:
Investigasi Teror Ledakan Massal di Lebanon Ungkap Fakta Baru

Ini bukanlah momen pertama penyerangan dialami warga Jepang di China. Pada bulan Juni, seorang pria China melukai seorang wanita Jepang dan anaknya dalam serangan penusukan di depan sebuah bus sekolah di Suzhou. Seorang petugas bus China yang mencoba campur tangan kemudian meninggal karena luka-lukanya.

Pada konferensi pers rutin, Kementerian Luar Negeri China menyatakan 'penyesalan dan sakit hati' atas insiden itu serta menyampaikan belasungkawa kepada keluarga bocah tersebut. Beijing juga mengatakan kasus tersebut sedang diselidiki dan akan ditangani oleh otoritas China sesuai hukum.

"Berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, ini adalah insiden yang terisolasi. Kasus serupa dapat terjadi di negara mana pun. China selalu mengambil, dan akan terus mengambil tindakan efektif untuk memastikan keselamatan semua warga negara asing di China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.

Baca:
Kanada Hukum Israel, Anggap Tindakannya Sudah di Luar Batas

Peningkatan Sentimen Anti-Jepang

Berakar pada kenangan pahit tentang invasi dan pendudukan brutal Jepang dan dipicu oleh sengketa teritorial saat ini, sentimen publik China terhadap Jepang telah berkobar menjadi kekerasan sebelumnya.

Pada tahun 2012, protes anti-Jepang meletus di seluruh kota China untuk membela pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur. Di negara yang jarang mengizinkan protes oleh pihak berwenang, demonstrasi nasional tampaknya berlangsung dengan persetujuan resmi yang diadakan secara diam-diam.

Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir, sekolah-sekolah Jepang di China telah menghadapi kritik dan kecurigaan yang meningkat dari kaum nasionalis China. Beberapa unggahan daring menyerukan agar sekolah-sekolah ditutup, sementara yang lain menuduh sekolah-sekolah tersebut menjadi tempat berkembang biaknya mata-mata.

Setelah serangan pisau di Suzhou, platform media sosial utama China meluncurkan tindakan keras terhadap ujaran kebencian daring yang menargetkan orang Jepang, menghapus konten, dan menutup akun yang mempromosikan 'nasionalisme ekstrem'.

Namun, sentimen anti-Jepang masih berlanjut. Setelah penusukan pada hari Rabu, beberapa nasionalis menuduh Jepang 'mengarahkan dan mengatur' serangan tersebut, sementara yang lain mempertanyakan mengapa sekolah-sekolah Jepang masih ada di China.

Meski begitu, Lin dari Kementerian Luar Negeri China menyebutkan ia yakin 'insiden yang terisolasi' tersebut tidak akan mempengaruhi pertukaran antara China dan Jepang.

"Kami selalu menyambut orang-orang dari semua negara, termasuk Jepang, untuk berkunjung, belajar, berbisnis, dan tinggal di China," katanya.


(luc/luc) Saksikan video di bawah ini:

Video: Bom Peninggalan Perang Dunia II Tiba-tiba Meledak di Jepang

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Rusia-China Kirim Kapal Perang 'Kepung' Sekutu AS di Asia, Ada Apa?

Previous article:lontar pengayam ayaman bali hari ini

Next article:no togel pocong