live bola rcti

live bola rcti,buku erek erek 2d bergambar lengkap,live bola rcti

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbilang agresif melaksanakan holdingisasi sejumlah perusahaan pelat merah.

Beberapa holding BUMN tercatat telah dibentuk dalam lima tahun terakhir, seperti holding ultra mikro (BRI Grup), BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID), holding jasa survei (ID Survey), Holding Farmasi (BioFarma), Holding Spesialis Transformasi dan investasi (Danareksa), Holding Pertahanan (Defend ID), lalu Holding Perkebunan (PTPN). Selain itu, klasterisasi perbankan yang ditandai dengan merger tiga bank syariah milik Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

Klasterisasi dengan pembentukan subholding juga dilakukan BUMN. Paling baru pada akhir tahun lalu, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan penggabungan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara, menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo. Sebelumnya PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga telah melaksanakan hal serupa.

Sementara itu, Chief Economist CNBC Indonesia Anggito Abimanyu mengatakan holding meningkatkan pemerataan aset dan permodalan perusahaan pelat merah. Hal ini akan mengerek rating seluruh anggota dan membuat BUMN akan mendapatkan akses pendanaan yang lebih mudah. "Sehingga bisa mendatangkan dana yang lebih besar dan bunganya juga lebih murah," katanya, dikutip Sabtu (29/9/2024).

Terpisah, anggota DPR RI Komisi VI, I Gede Sumarjaya Linggih menilai holdingisasi membuat BUMN bisa fokus pada masing-masing sektor bisnis yang dikuasai. "Holdingisasi itu menjadi lebih efisien, lebih efektif," katanya.

Dia mencontohkan sebelumnya BUMN memiliki anak usaha yang berbeda dengan fokus bisnis utama, seperti contohnya Pertamina yang memiliki rumah sakit. "Ini kan beda jauh dengan bisnis induknya. Fokus induk pun jadi terbagi, satu bisnis utamanya migas misalnya, malah mesti mikirin juga bisnis rumah sakit," tambah Sumarjaya.

Sementara itu, klasterisasi di sektor keuangan khususnya perbankan syariah dengan hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah memberi kontribusi yang berkelanjutan kepada negeri. Kendati baru berusia 3 tahun, bank syariah hasil merger tiga anak usaha bank BUMN ini terus memberikan manfaat secara luas, seiring kinerja impresif yang ditorehkan Perseroan dari tahun ke tahun.

BSI membukukan laba bersih Rp 5,7 triliun sepanjang tahun 2023, naik 33,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan bisnis dan kinerja yang solid secara berkelanjutan mampu dipertahankan dan terus didorong oleh BSI. Per Juni 2024, BSI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp3,4 triliun, tumbuh 20,28% secara tahunan.

Total aset BSI mencapai Rp361 triliun, terbesar keenam di industri perbankan Tanah Air. Dana pihak ketiga (DPK) berupa tabungan yang dihimpun BSI mencapai Rp129 triliun, terbesar kelima dengan pertumbuhan tertinggi di industri perbankan Indonesia yaitu 16,09%.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan BSI merupakan salah satu bentuk nyata dari aspirasi pemerintah dalam upaya peningkatan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Hery menegaskan BSI lahir dari keinginan besar pemerintah agar Indonesia memiliki bank syariah yang besar dan menjadi representasi kekuatan perbankan syariah di dalam negeri maupun global.

Menurutnya, kehadiran BSI harus bisa menjadi bank syariah yang modern, universal dan inklusif, serta harus mampu menjangkau lebih banyak masyarakat di Tanah Air.
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak, tapi sebelum hadirnya BSI, tidak ada bank syariah besar. Ini merupakan anomali padahal kita punya potensi besar untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah," jelas Hery.

"Alhamdulillah, merger BSI pada masa pandemi membawa banyak berkah, terutama jika kita melihat dari pertumbuhan aset Perseroan. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan aset BSI mencapai dua digit sementara industri hanya tumbuh satu digit. Di samping pertumbuhan kinerja bisnis yang meningkat, kinerja keuangan BSI juga semakin membaik. Sekarang, BSI telah menjadi bank kelas menengah yang terbaik di Indonesia" papar Hery.

Pilihan Redaksi
  • Wow! Aset BUMN 'Raja Tol Sumatera' Ini Lompat Rp 76 T Dalam 5 Tahun
  • BUMN Ini Sulap Rugi Jadi Untung
  • Holdingisasi Bikin Aset BUMN Terbang

Hasil dari merger tiga bank syariah milik Himbara membawa manfaat besar bagi BSI dan bagi negeri. BSI sukses memperbesar skala bisnis dan meningkatkan jumlah nasabah secara signifikan. BSI saat ini merupakan bank syariah dengan customer base terbesar di dunia. Customer base BSI kini menembus 20,46 juta, tumbuh 6,05 juta dalam 3 tahun terakhir atau sejak awal merger pada Februari 2021.

Pada usia ke-3 tahun, BSI berhasil mencapai target ROE di atas 18% dan masuk dalam Top 10 Global Islamic Banks dari sisi kapitalisasi pasar pada Maret lalu. Pencapaian luar biasa ini berhasil diraih satu tahun lebih awal dari yang ditargetkan perusahaan yakni pada tahun 2025 mendatang.

Di pasar modal, saham BSI (BRIS) pun memiliki tren positif. Setidaknya pada perdagangan 17 September 2024, BRIS mencapai all time high (ATH) di level harga Rp3.180 per lembar saham. Adapun kapitalisasi pasar BRIS pada periode tersebut mencapai Rp 143,46 triliun. Pencapaian ini menempatkan BRIS di peringkat 13 kapitalisasi saham terbesar di Index Harga Saham Gabungan (IHSG). Melalui catatan positif itu pula menempatkan BSI pada peringkat 9 kapitalisasi pasar terbesar bank syariah secara global, di bawah Bank Albilad dan Dubai Islamic bank.

"InsyaAllah kami akan terus bertumbuh, menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi dan keuangan syariah sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, serta senantiasa memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi negeri," ujar Hery.

Di atas kertas, deretan langkah holdingisasi dan merger telah membawa laba konsolidasi BUMN menjadi Rp327 triliun pada akhir tahun 2023. Jumlah itu melesat Rp202,01 triliun dari tahun 2019, di mana laba perusahaan pelat merah tercatat sebesar Rp124,99 triliun.

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menyampaikan pencapaian positif ini merupakan hasil komitmen MIND ID dan Anggota Holding untuk terus menjaga kinerja operasional perusahaan dengan optimal.

"Pencapaian ini merupakan prestasi bagi kami, dan tentunya akan terus kami jaga. MIND ID mendapat mandat dari pemerintah untuk dapat mengelola komoditas mineral Indonesia agar memiliki nilai tambah yang baik, serta mampu menjaga kondisi perusahaan agar terus berada dalam kondisi yang prima khususnya dalam mendukung berbagai program ekonomi pemerintah," katanya.

Sementara itu, mengacu pada laporan keuangannya, PT Pertamina (Persero) yang telah mengklasterisasi bisnis melalui pembentukan subholding berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan laba bersih pada 2023 sebesar US$ 4,77 miliar atau sekitar Rp 77,71 triliun. Bila dibandingkan dengan capaian 2020, laba Pertamina sudah melesat lebih dari 4 kali lipat

Begitu pula dengan PT PLN (Persero) yang juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan laba BUMN pada periode 2020-2023. Perusahaan listrik milik negara ini mencatat kenaikan laba lebih dari empat kali lipat atau dari Rp 5,95 triliun menjadi Rp 22,07 triliun.


(mkh/mkh) Saksikan video di bawah ini:

Video: Peran MIND ID Dorong Implementasi Bisnis Tambang Berkelanjutan

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Holdingisasi Bikin Kontribusi BUMN ke Negara Makin Besar

Previous article:qqwin99

Next article:erek bergambar