situs deposit 10rb

situs deposit 10rb,gapslot login,situs deposit 10rb

Jakarta, CNBC Indonesia -Tren penduduk kelas menengah Indonesia kini makin kian menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh tekanan harga hingga perubahan gaya hidup.

Badan Pusat Statistik mencatat tren penurunan penduduk kelas menengah mulai terjadi pada 2020 ketika masa pandemi Covid-19. Pada 2019 jumlah kelas menengah mencapai 57,33 juta orang. Hingga tahun 2024, tercatat jumlah kelas menengah tersisa 47,85 juta orang. Jumlah tersebut turun 9,48 juta orang atau turun 16,5% sejak 2019.

Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (29/8/2024), Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan dalam paparannya bahwa kriteria kelas menengah adalah mereka yang pengeluarannya berkisar 3,5 - 17 kali garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia atau sekitar Rp2.040.262 - Rp9.909.844 per kapita per bulan. Sementara kriteria menuju kelas menengah pengeluarannya berkisar 1,5 - 3,3 kali garis kemiskinan atau sekitar Rp874.398 - Rp2.040.262 per kapita per bulan.

Amalia mengatakan modus pengeluaran kelas menengah sebesar Rp2.056.494, artinya penduduk kelas menengah memang cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan kelas menengah yang sebesar Rp2.040.262.

"Hal tersebut mengindikasikan kelompok kelas menengah akan lebih sulit untuk lompat menuju kelas atas dan rentan untuk jauh ke kelompok menuju kelas menengah bahkan rentan miskin," ujar Amalia dalam paparannya.

Baca:
Tolong Pak Jokowi, RI Belum Pernah Seburuk Ini Sejak Reformasi!

Amalia menyampaikan data tersebut menjadi catatan bagi pemerintah karena kelas menengah dan menuju kelas menengah akan menjadi bantalan perekonomian di masa mendatang.

Pasalnya, jumlah kelas menengah dan menuju kelas menengah mencakup 66,6% total penduduk dan nilai konsumsi pengeluarannya mencakup 81,49% dari total konsumsi masyarakat.

Amalia mengatakan salah satu faktor yang membuat jumlah kelas menengah turun adalah masih berlanjutnya dampak pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 meluluhlantakkan ekonomi dunia dan Indonesia. Pandemi membuat banyak kelas menengah kehilangan pendapatan dan pekerjaan. 

"Memang kami mengidentifikasi scaring effect dari pandemi Covid-19 terhadap ketahanan kelas menengah," tutur Amailia.

Data BPS menunjukkan jmlah dan persentase penduduk kelas menengah mulai menurun pasca pandemi sebaliknya jumlah dan persentase penduduk menuju kelas menengah naik. Proporsi kelas menengah di 2024 lebih rendah dibandingkan 2019.

Pada 2024, jumlah penduduk kelas menengah dan menuju kelas menengah sebanyak 189,35 juta.Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan 2019 yakni 154,48 juta orang.

Pola Hidup Kelas Menengah Berubah

Selain jumlahnya yang terus turun, BPS juga  memaparkan perubahan signifikan dalam pola pengeluaran kelas menengah. Pengeluaran untuk makanan dan minuman serta perumahan telah menurun. Sebaliknya, alokasi untuk hiburan naik.

Pada  2014, kelas menengah mengalokasikan 45,53% dari pengeluaran mereka untuk makanan dan minuman serta lebih dari 32% untuk perumahan.

Namun, pada 2024, proporsi untuk makanan dan minuman turun menjadi 41,67%, dan pengeluaran untuk perumahan menyusut menjadi 28,52%.

Sebaliknya, terdapat peningkatan dalam pengeluaran untuk hiburan dan keperluan pesta, dan barang jasa lainnya. Pengeluaran untuk hiburan naik dari 0,22% pada  2014 menjadi 0,38% pada tahun 2024.

Sementara pengeluaran untuk pesta meningkat secara signifikan dari 0,75% pada 2014 menjadi 3,18% pada 2024.

Pengeluaran untuk Air Galon Naik

Ekonom senior yang merupakan mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan turunnya tingkat ekonomi kelas menengah di Indonesia tidak hanya terjadi karena pandemi Covid-19 dan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Melainkan juga akibat kebiasaan sehari-hari kebutuhan terhadap air galon.

"Selama ini secara tidak sadar itu sudah menggerus income kita secara lumayan dengan style kita yang mengandalkan semua kepada air galon, air botol dan segala macamnya," kata Bambang di kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jakarta, dikutip Senin (2/8/2024).

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas periode I pemerintahan Presiden Joko Widodo itu menekankan, kebiasaan mengkonsumsi air dalam kemasan tidak terjadi di semua negara.

Di negara maju misalnya, warga kelas menengah terbiasa menenggak air minum yang disediakan pemerintah di tempat-tempat umum. Dengan adanya fasilitas air minum massal itu, masyarakat negara maju tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minum.

"Daya beli kelas menengahnya aman karena untuk air pun mereka tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak," kata dia.

Meski begitu, Bambang mengatakan faktor kebutuhan air minum hanyalah satu dari banyak faktor lain yang menyebabkan banyak kelas menengah turun 'kasta' ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Bambang menduga faktor utama tumbangnya kelas menengah RI adalah pandemi Covid-19.

"Penyebabnya itu variatif. Karena kan kita lihat datanya dari 2019 ke 2023. Jadi penyebab pertama adalah Covid," ujar dia.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Previous article:erek01

Next article:situs nobar bola online