togel hk 2020

togel hk 2020,hewan togel 2023,togel hk 2020

Jakarta, CNBC Indonesia- Masyarakat kebanyakan masih salah memahami antara menabung dan investasi. Banyak yang masih menganggap menyimpan dana dalam tabungan sebagai bagian dari investasi.

Menurut Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie mengatakan tabungan merupakan uang yang disisihkan dari pendapatan guna melakukan pembelian yang cukup besar dalam beberapa bulan mendatang.

Baca:
Lo Kheng Hong Blak-blakan Budaya Menabung Bikin Warga RI Miskin

Misalnya, seseorang memiliki pendapatan Rp 5 juta ingin membeli telepon pintar (smartphone) seharga Rp 10 juta. Untuk mendapatkan telepon genggam maka perlu menabung.

Tabungan juga berguna sebagai strategi mengumpulkan dana darurat dalam 12 bulan ke depan. Atau untuk persiapan dana liburan di musim liburan Lebaran dan Natal.

Sementara investasi adalah proses menyisihkan uang dengan tujuan memperoleh keuntungan dan kenaikan modal di masa mendatang. "Jadi menjadikan tabungan sebagai investasi tidak benar. Tabungan tidak memberikan imbal hasil jangka panjang yang menarik," ujar Prita.

Meski memberikan keuntungan, investasi memiliki resiko. Semakin tinggi imbal hasil yang diharapkan maka resiko yang harus ditanggung juga semakin tinggi. Penyisihan dana investasi harus dilakukan diatas satu tahun.

Prita menambahkan dalam menyisihkan pendapatan untuk tabungan dan investasi sangat tergantung tujuan keuangan masing-masing orang. Namun idealnya menyisihkan 10% pendapatan untuk tabungan.

Untuk investasi, jika masih baru bekerja disarankan menyisihkan 20% dari pendapatan. Bagi yang sudah berkeluarga bisa menyisihkan 10%. " Jika ingin mengalokasikan diatas 10% lebih baik menggunakan bonus tahunan atau pendapatan tak terduga lainnya sehingga alokasi tabungan bisa juga ditingkatkan lebih besar," terang Prita.

Mengatur keuangan sangat penting dilakukan demi mencapai kemerdekaan finansial. Dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran ada 2 pilihan cara untuk bisa meraih tujuan keuangan yang lebih baik, yakni dengan menabung dan berinvestasi.

Namun pertanyaannya, mana yang lebih baik?

Pakar Perencana Keuangan, Bareyn Mochaddin mengungkap bahwa kedua aktivitas tersebut merupakan dua hal yang disarankan bagi seseorang yang ingin memiliki kondisi keuangan yang baik, karena keduanya sama-sama bermanfaat.

Dia melanjutkan, menabung disarankan bagi orang yang ingin mengumpulkan uang untuk dana darurat, atau ingin mencapai tujuan keuangan dalam jangka pendek (di bawah 1 tahun). Sedangkan investasi, disarankan bagi orang yang ingin mengembangkan uangnya dan memiliki tujuan keuangan jangka panjang.

Meski begitu, menurut Bareyn, dibandingkan menabung, investasi berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Selain itu, uang yang diinvestasikan juga tidak akan tergerus inflasi dan biaya administrasi yang biasanya dibebankan pada tabungan," ujarnya ketika dihubungi CNBC Indonesia.

Namun untuk memulai investasi, seseorang tidak bisa serta merta langsung memulainya tanpa persiapan matang. Menurutnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan jika pemula ingin memulai berinvestasi, misalnya seperti faktor tujuan, legal-logis, risiko, hingga potensi imbal hasil/keuntungan.

Dalam hal tujuan, seseorang harus mengetahui terlebih dahulu untuk apa dia berinvestasi, berapa lama dia mau mencapai tujuan keuangannya. Jika berbeda jangka waktunya, maka berbeda juga produk investasi yang bisa digunakan.

Untuk faktor legal-logis, seseorang perlu meneliti apakah produk investasi yang dipilih memiliki legalitas, kemudian pastikan imbal hasil yang ditawarkan logis. Jika dua hal ini tidak terpenuhi, Bareyn menyarankan untuk menjauhi produk keuangan yang ditawarkan atau akan dipilih.

Selanjutnya, investor juga harus memperhatikan faktor risiko. Pasalnya, setiap produk investasi mengandung risiko. Untuk itu, seseorang yang ingin berinvestasi, perlu mengetahui berapa besar risiko yang ada pada sebuah produk investasi dan berapa besar risiko yang bisa dia tanggung.

Faktor imbal hasil atau keuntungan juga menjadi hal yang harus diperhatikan selanjutnya. Bareyn menuturkan, saat memilih produk investasi, tidak bisa seseorang hanya ikut-ikutan tanpa tahu bagaimana kinerja dari sebuah produk investasi. Karenanya, perlu melakukan riset atas kinerja dari sebuah produk investasi jika ingin mendapatkan imbal hasil maksimal.

Bayern menyebut, salah satu instrumen yang disarankan untuk pemula adalah saham. Menurutnya, saham bisa jadi pilihan bagi pemula dengan catatan bahwa seorang pemula sudah memiliki ilmu dan pengetahuan memilih saham yang baik.

"(Seseorang sudah) mengetahui risikonya, tahu investasinya akan ditujukan untuk apa, dan uang yang digunakan memang uang untuk berinvestasi dan bukan berasal dari utang," jelas dia.

Dengan investasi yang baik, lanjutnya, seseorang disimpulkan bisa mencapai kemandirian finansial. Namun dia mencatat, seseorang juga perlu melakukan pengelolaan keuangan yang komprehensif jika menginginkan kemandirian finansial.

Artinya, selain berinvestasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, seseorang juga perlu untuk mengelola cash flow-nya dengan baik. Selain itu, perlu juga untuk menjauhkan diri dari utang konsumtif, memiliki dana darurat, dan menjaga dirinya dari berbagai risiko yang ada dengan memiliki asuransi.

Perlu dicatat, risiko di sini bukan hanya risiko dari produk keuangan, tetapi juga risiko lainnya seperti risiko sakit atau bahkan meninggal dunia.

"Bayangkan, jika seseorang tidak menyiapkan dirinya dengan asuransi untuk menghadapi risiko sakit, lalu dia sakit, maka dia akan mencairkan investasinya untuk membayar biaya pengobatan. Artinya, semakin jauh dirinya dengan kemandirian atau bahkan kemerdekaan finansialnya," pungkasnya.


(fsd/fsd) Saksikan video di bawah ini:

Video: Pacu Tren Investasi, STAR AM Percepat Digitalisasi

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Lo Kheng Hong Sebut Kebiasaan Warga RI Ini Bisa Bikin Miskin, Apa Itu?

Previous article:beli chip 1 m

Next article:sultanjp rtp