adi satrio

  • 2024-10-07 23:48:56 Source:adi satrio

    Browse(17969)

adi satrio,induk organisasi sepak bola internasional adalah ....,adi satrio

Jakarta, CNBC Indonesia -Industri batu bara tengah dihadapkan oleh sejumlah tantangan besar, khususnya dalam hal permintaan dan dinamika harga komoditas tersebut. Tantangan ini berasal dari domestik maupun internasional.

Direktur Independen sekaligus Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava menjelaskan, permintaan batu bara dari pasar global seperti China dan India masih menjadi faktor penting terhadap kinerja perusahaan. Tantangan terbesar tidak hanya terletak pada permintaan di pasar internasional, melainkan juga permintaan di pasar domestik.

Asal tahu saja, China dan India tengah meningkatkan produksi batu bara domestik dan kapasitas pembangkit listrik mereka. Misalnya, India berencana meningkatkan produksinya dari 700 juta ton per tahun menjadi hampir 1 miliar ton.

Hal ini menunjukkan upaya India untuk mengurangi ketergantungan pada impor batu bara, sehingga berpotensi menekan permintaan terhadap ekspor dari negara lain termasuk Indonesia.

"Produsen batu bara terbesar di India adalah Coal India. Mereka telah memproduksi 85 juta ton bulan lalu. Sebelumnya, mereka memproduksi 700 juta ton per tahun. Namun, jika mereka mempertahankan produksi 85 juta ton sepanjang tahun, volumenya akan hampir 1 miliar ton. India bisa saja berencana meningkatkan produksi dari 700 juta ton menjadi 1 miliar ton," ujar Dileep kepada CNBC Indonesia, ditulis Senin (9/9/2024).

Di samping itu, Dileep juga menyoroti potensi pertumbuhan permintaan domestik dalam jangka menengah, khususnya jika proyek hilirisasi batu bara di Indonesia mulai berjalan dengan lancar. Meskipun permintaan domestik menunjukkan tanda-tanda peningkatan, volume konsumsi domestik tidak dapat menyerap seluruh produksi batu bara itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu ada rasionalisasi produksi agar harga ekspor tetap terlindungi.

Adapun tantangan utama bagi BUMI adalah struktur royalti yang tinggi. Dileep mengatakan, pihaknya membayar royalti hingga 32% dari pendapatan kotor. Angka ini merupakan salah satu yang tertinggi di sektor pertambangan.

"IUPK memiliki struktur royalti yang sangat tinggi, yaitu 14% untuk pasar domestik dan hingga 28% untuk ekspor," imbuhnya.

Royalti yang tinggi ini berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, terutama ketika harus memenuhi kewajibanDomestic Market Obligation(DMO) untuk pasokan ke PLN, industri semen, dan juga pupuk.

Dileep pun menyebutkan bahwa harga jual jauh lebih rendah dibandingkan harga internasional, yakni US$ 70 dibandingkan US$ 130. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan dan tekanan pada arus kas perusahaan.

"Kami adalah pemasok terbesar untuk PLN dan harus memenuhi DMO. Jika kami tidak memenuhi kewajiban tersebut, akan ada denda dan sebagainya. Mengingat kami adalah perusahaan terbesar dan memasok dengan harga US$ 70 yang jauh lebih rendah daripada harga internasional di US$ 130, ini jelas memengaruhi pendapatan dan kas kami," tandasnya.

Baca:
Bumi Resources Ungkap Sektor Baru Bara Terlihat Menjanjikan

(rah/rah) Saksikan video di bawah ini:

Video: Produsen Ungkap Disparitas Harga Batu Bara Jadi Tantangan Besar

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article BUMI Bukukan Laba Bersih US$ 67,6 Juta di Kuartal I-2024

Previous article:erek erek katak

Next article:prediksi jitu mbah karwo