tesen 91

  • 2024-10-08 01:31:44 Source:tesen 91

    Browse(688)

tesen 91,29 2d,tesen 91

Jakarta, CNBC Indonesia- S&P Global merilis, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur RI di bulan Agustus mengalami kontraksi. Data yang dirilis Senin (2/9/2024) itu menunjukkan, PMI manufaktur RI bulan Agustus jatuh ke level 48,9.

Jika berada di level di bawah 50, artinya aktivitas manufaktur RI sedang mengalami kontraksi. Dan jika di atas 50 berarti masuk level ekspansif.

Kontraksi PMI manufaktur RI di bulan Agustus 2024 ini lebih dalam dari posisi di bulan Juli 2024. Saat itu, PMI manufaktur RI anjlok ke level 49,3 dari posisi Juni 2024 di level 50,7.

Terpantau, sejak awal tahun 2024, PMI manufaktur RI terus turun sejak Maret 2024. Level PMI di bulan Agustus 2024 ini adalah posisi terendah sejak Agustus 2021.

Menurut S&P Global, kontraksi PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 dipengaruhi oleh penurunan output dan dan permintaan baru yang paling tajam sejak Agustus 2021. Permintaan asing juga turun semakin cepat ke level terendah sejak Januari 2023.

Baca:
Awal September, Jokowi Langsung Dapat 2 "Tamparan" Keras

Apa sebenarnya yang terjadi?

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, melemahnya manufaktur RI karena kebijakan antara kementerian dan lembaga yang belum sejalan. Juga, imbuh dia, pabrik-pabrik mengalami penurunan penjualan karena serbuan barang impor murah.

Di sisi lain, Agus mengaku tak kaget dengan data PMI yang terbaru itu.

"Sekali lagi kami tidak kaget dengan kontraksi lebih dalam industri manufaktur Indonesia. Penurunan nilai PMI manufaktur bulan Agustus 2024 terjadi akibat belum ada kebijakan signifikan dari Kementerian/Lembaga lain yang mampu meningkatkan kinerja industri manufaktur," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (3/9/2024).

Agus mengutip S&P Global yang juga menyebutkan ada pelemahan penjualan yang menyebabkan peningkatan stok barang jadi selama dua bulan berjalan.

"Melemahnya penjualan dipengaruhi oleh masuknya barang impor murah dalam jumlah besar ke pasar dalam negeri terutama sejak bulan Mei 2024," ujarnya.

"Adanya barang impor murah membuat masyarakat lebih memilih produk-produk tersebut dengan alasan ekonomis. Hal ini dapat menyebabkan industri di dalam negeri semakin menurun penjualan produksinya, serta utilisasi mesin produksinya," tukas Agus.

Baca:
Muncul Fenomena Pabrik Habiskan Stok Pesanan Lama, Kemenperin Khawatir

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menambahkan, ada tanda-tanda pelaku industri di dalam negeri tengah menunggu dan memantau kebijakan yang akan diterapkan pemerintah.

"Hal ini dapat berpengaruh pada perlambatan ekspansi pada subsektor industri. Misalnya, pada industri makanan dan minuman, para pelaku usaha nampak menahan diri dengan adanya rencana pemberlakuan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan," sebut Febri.

Sebelumnya, Febri juga mengumumkan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Agustus 2024 pada pada Jumat (30/8/2024) lalu.

IKI bulan Agustus 2024 bertahan ekspansi di 52,4 dari posisi bulan Juli 2024. Namun, lebih rendah 0,82 poin dibandingkan IKI Agustus 2023 yang tercatat mencapai mencapai 53,22.

Kinerja IKI Agustus 2024, jelasnya, ditopang oleh 20 subsektor yang dilaporkan mengalami ekspansi, dengan kontribusi terhadap PDB Triwulan II 2024 sebesar 94,6%.

Meski demikian, sebutnya, variabel produksi masih menunjukkan pendalaman kontraksi sebesar 2,90 poin menjadi 46,54.

"Kondisi itu cukup mengkhawatirkan. Mengingat, fenomena tersebut menunjukkan perusahaan masih menghabiskan stok untuk memenuhi pesanan dan tidak diimbangi dengan penambahan produksi," terang Febri.

Baca:
PMI Manufaktur RI Jeblok, Indonesia Terburuk di ASEAN?

Sementara itu, Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith menyebutkan, penurunan pada perekonomian sektor manufaktur Indonesia bulan Agustus lalu mengakibatkan perusahaan menanggapi dengan mengurangi karyawan. Meski banyak yang percaya kondisi ini berlangsung sementara.

Hal ini sesuai dengan hasil survei yang menyebutkan, panelis berharap kondisi ekonomi akan lebih stabil dan mendorong kebaikan produksi dan permintaan baru dalam waktu satu tahun.


(dce/dce) Saksikan video di bawah ini:

Video: Manufaktur Terburuk Sejak Pandemi, Ancam Pemerintahan Jokowi!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Sebut Gas Murah Industri Masih Karut Marut, Menperin Agus Ingatkan Ini

Previous article:kode alam gigi

Next article:arek arek mimpi