cuan188

  • 2024-10-08 06:01:31 Source:cuan188

    Browse(555)

cuan188,inatogel link alternatif login alternatif,cuan188

Jakarta, CNBC Indonesia -S&P Global hari ini, Selasa (1/10/2024) merilis Data Purchasing Managers' Index (PMI) bulan September 2024. Data itu menunjukkan, PMI manufaktur RI terkontraksi ke level 49,2.

Dengan data terbaru ini, terkonfirmasi manufaktur RI telah mengalami 3 kali kontraksi secara berturut-turut di bulan September 2024. Yaitu pada bulan Juli (49,3), Agustus (48,9) dan September (49,2). 

Catatan Tim CNBC Indonesia Research menunjukkan, terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama tiga bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 atau empat tahun lalu. Kala itu, aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.

Merespons hal itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pun buka suara.

Dia pun membandingkan kondisi Indonesia dibandingkan negara peers, namun PMI manufakturnya menunjukkan kondisi industri yang masih ekspansif. Meski sama-sama mengalami dampak akibat kondisi pasar global yang sama dengan Indonesia.

Baca:
Jokowi Dapat Kabar Buruk Lagi: Manufaktur RI Terburuk Sejak Pandemi

Negara-negara yang masih berada di level ekspansi misalnya Filipina (53,7), India (56,7), dan Thailand meskipun sudah di border (50,4).

"Meskipun ada sedikit kenaikan pada PMI manufaktur bulan September, namun kondisinya masih kontraksi. Agar bisa kembali ekspansif, sektor industri membutuhkan dukungan regulasi yang tepat dari berbagai Kementerian/Lembaga, sehingga industri dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar Agus dalam keterangan resmi, Selasa (1/10/2024).

"Kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan oleh sektor manufaktur di antaranya tindakan merevisi Permendag No 8 Tahun 2024, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Domestik, dan Peraturan Menteri Keuangan terkait Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) ubin keramik impor dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) kain impor," tambahnya.

Dia menjelaskan, penurunan pesanan baru yang muncul sebagai hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 juga ditunjukkan oleh Indeks Kepercayaan Industri (IKI)
edisi September 2024 yang baru dirilis Senin (30/9) kemarin.

"Penurunan pesanan baru terjadi pada subsektor Industri Pengolahan Lainnya yang IKI-nya kontraksi. Subsektor tersebut mengalami penurunan pesanan, baik di luar negeri maupun dalam negeri," katanya.

Baca:
Tragis Nasib Buruh Pabrik "Korban" Pailit, Bak Makan Buah Simalakama

Subsektor industri lain yang juga mengalami kontraksi IKI pada pesanan baru adalah industri pengolahan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu, kertas, bahan kimia, komputer dan elektronik, serta jasa reparasi.

"9 dari 23 subsektor industri pengolahan mengalami kontraksi IKI pada variabel pesanan baru di September lalu," sebut Agus.

"Karenanya, kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan masuknya barang ke Indonesia amat diperlukan. Saat ini kita terus berupaya menciptakan demand bagi produk dalam negeri, karena demand-nya ada namun pasar juga dibanjiri dengan produk impor," tutupnya.


(dce/dce) Saksikan video di bawah ini:

Video: Manufaktur Terburuk Sejak Pandemi, Ancam Pemerintahan Jokowi!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Sebut Gas Murah Industri Masih Karut Marut, Menperin Agus Ingatkan Ini

Previous article:kode alam membunuh orang

Next article:mediaslot88 login